Rabu, 20 Maret 2013

Melukis masa lalu

sudah hampir dua minggu kau meninggalkanku. Sejumput rindu kian datang dan menghilang sesekali waktu. Bagaimana kabarmu di sana? Pernah kuberpikir, kau sekarang sedang mengawasiku di sini lewat mata pandangmu,  yang sayangnya cuma kau yang bisa melihat. Tapi aku tak bisa melihat. Meyakinkan diriku, kau tak pernah benar-benar jauh. Tapi aku tak bisa
mengelabuimu kalau aku benar-benar merasa kehilangan. Setiap waktu ada saja saat-saat aku mengingat kenangan kita. Momen itu jauh lebih berharga. Bagaimana dirimu, selalu saja dapat membuat diriku merasa nyaman bersamamu. Perhatianmu selalu saja kunanti-nanti. 
Aku ingat, suatu waktu sebelum waktu di mana akhirnya kau benar-benar pergi. Kau pernah bertanya padaku, "Bagaimana perasaanmu kalau pesan-pesan yang kau kirimkan ke dalam ponselku, tidak ada yang membalasnya di ujung sana?" Tahukah kau, di sini, membaca isi pesanmu membuat airmataku tak bisa kubendung. Lalu kau bilang maaf padaku, bahwa kau tidak pernah bermaksud membuat diriku terbebani dengan posisiku saat ini. Ya, selama ini aku sudah terlanjur menjadi aktris film sungguhan yang berhasil memerankan aktingku dengan sangat baik. Seperti katamu, aku berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi ketika aku tahu bahwa masalah paru-parumu sejak awal yang kauceritakan makin mempersempit jalan hidupmu. Mungkin, aku juga berharap bahwa semua ini akan baik-baik saja. Tapi ternyata, metastasis itu terjadi dan terjadi, entah di mana lagi ia mengalir dan tumbuh di tubuhmu, sampai akhirnya kau lumpuh. 
Pria yang kukenal kuat itu akhirnya tak kuasa menahan sakitnya. Kau pernah pula mengirim pesan padaku, "Bagaimana dengan cerita melukis masa lalu?" Aku diam begitu lama. 

Dan Kini, kau benar, hari-hariku kulewati dengan melukis masa lalu. Masa bersamamu. Masa kita. Yang pernah kita lewati. 




*terima kasih atas semua yang kau berikan dan pengajaran padaku. Cinta yang utuh itu tak pernah lekang oleh waktu. :'(

0 komentar:

Posting Komentar

temukan peluang emas