Minggu, 27 November 2011

Catatan perjalanan


Dehidrasi merajai…..Makin lama bertahan di ruang berputar, besok-besok udah berada di rumah sakit. Siang menerik, uap panas bergumul, bergolak dengan keringat yang masam, dicampur bau-bau anggota tubuh yang menguap, lengkap dengan tempat yang tertutup. Kalau bukan karena cinta (hiks…hiks…the power of love), gak bakal nyelusuri jalan yang padat merayap. Tepatnya, minggu kemarin neh, biasa sebuah keluarga mengunjungi anaknya yang udah lepas karena berumah tangga. Yah! lebih tepatnya mengunjungi rumah kakak saya. Apalagi kangen sama malaikat kecil (ponakanku Daffa)  udah bermilyar-milyar virus merah jambunya (sebelum berangkat, udah kebayang aja wajah mungilnya).
Bener-benar gak nyangka kalau tuh hari bakal macet setengah mati (mati total juga boleh). Di mulai dari area simpang SMP 14 udah terlihat antrean panjang mobil-mobil (kalo motor masih enak bisa nyempil-nyempil kayak upil). Bedak aja luntur, bisa-bisa neh badan lama-lama garing juga. Menurut saya, tuh hari kayak kiamat sugra di dunia (jiah,,,, lebay,,,,yang penting gak jablay). Padahal baru awal perjalanan neh, keringat udah banjir aja kayak samudera atlantik.
Bicara soal macet, kita tinggalin dulu. Hal biasa yang terjadi di kota-kota berkembang.  Sebelum macet, mata-mata saya udah berkeliar memandang sekeliling. Perjalanan belum jauh dari pusat rumah saya, saya sudah dihadapkan dengan bangunan-bangunan komersil. Tanaman hijau udah mampus, rumah-rumah di tengah jalan terjual sudah. Pasti ada aja nyempil-nyempil ruko-ruko (rumah toko) baru. Kirain, mau ngebangun apa kek? Tanaman hijau, taman paru-paru, eh, gak lain gak bukan, ruko yang dibangun. Nama supermarket **** (nama disamarkan) aja udah buka cabang di mana-mana. Pokoknya di sepanjang jalan raya, prospek bagus sebagai tempat nambah-nambah duit bulanan. Rumah-rumah biasa aja, dipajang spanduk, pamlet besar-besar, dengan berbagai tulisan jasa yang semenarik mungkin (sayang, rumah saya gak berada di sepanjang jalan raya, agak dalam dikit dah). Jadi, saya kepikiran, gimana kalau semua orang pada ngejual produk atau jasa, bisa-bisa kita balik ke dunia purba lagi, alias zaman barter (itu tuh, saling tuker -menuker barang, gak pake namanya kertas ijo-ijo). Wah…wah…gawats neh, kalau udak gak ada lagi yang namanya “pembeli” 
Balik lagi dah tentang macet. Ibarat orang terdesak otomatis esmosi bakal memuncak. Yah! begitulah yang sedang kami rasakan di dalam mobil yang panaaaaas bangettttt. Tips dari saya (bagi yang sedang mengalami hal yang serupa) anggaplah semua kejadian dengan “lelucon”, tertawa terbahak-bahak, terkikih-kikih, menertawai perjalanan yang semakin ruwet. Anggap aja sedang berpetualang di negeri dongeng “kisah macet 24 jam”. Rileksasi kan diri dengan berbagai kegiatan; makan juga boleh, ngobrol sesama keluarga, dengerin lagu, kalau mau, karokean di dalam mobil dengan suara keras-keras (mudah-mudahan suara anda tidak merusak kendaraan anda yang makin mempersulit perjalanan anda ya!)

*bersambung……

0 komentar:

Posting Komentar

temukan peluang emas