Selasa, 15 Maret 2011

Mamo-Zein

"Putri Zein , engkaulah sebaik-baik petunjuk bagiku."
"Dan Mamo, engkaulah sebaik-baik tempatku merajuk."
"Engkaulah sebaik-baik jalan bagiku menuju Tuhan yang lama aku lupakan."
"Dan engkau adalah sebaik-baik penerang bagi jiwaku yang kelam."
"Puteri Zein, engkau adalah cahaya hatiku."
"Dan mamo, engkau adalah permata hatiku."
"Engkau adalah penguasa jiwaku."
"Dan engkau adalah kiblat jiwaku."
"Puteri Zein, ketahuilah aku mencintaimu karena Allah dan aku ingin engkau juga mencintaiku karena Allah."
"Jangan khawatir Mamo, engkau adalah kiblatku , aku pasti akan mengikutimu".
"Bagaimana shalatmu?."
"Meski aku memikirkanmu, tapi shalat lima waktu tak pernah lepas dariku".
"Bagaimana Qur'anmu?."
"Aku tak pernah melupakannya sedikitpun."
"Putri Zein, Allah adalah tujuanku dan engkau adalah petunjuk menuju-Nya."
"Mamo, begitu juga aku."
(kisah cinta Mamo-Zein)


Duhai Allah!
Engkau adalah sebaik-baik perhiasan para pencinta dan perindu. Hati dan jiwa mereka merasakan keindahan-Mu. Engkaulah yang menciptakan manis pada madu. Engkau juga yang menyelipkan kesedihan dibalik air mata. Engkaulah yang mengikat para perindu dengan tali cahaya dan keelokan-Mu. Engkaulah yang membangkitkan gelora hati dengan sentuhan keagungan dan keluhuran-Mu. Jantung-jantung itu berdegup karena kemuliaan dan keluhuran-Mu. Pohon-pohon itu tinggi karena ciptaan-Mu. Bunga-bunga yang harum dan merah merekah itu , Engkaulah yang memperindah kelopaknya di antara duri-duri yang tajam. Engkaulah yang menguji hati burung bul-bul yang kecil pada keindahan bunga-bunga yang merah merekah.

(Mamo-Zein ~ Ramadhan El Bhouthy)



2 komentar:

  1. Novel yang menyentuh,, ketika cinta mereka sudah direstui, kematian mereka berada diambang pintu,,
    mkasih mamo-zien,, buku ini sungguh mengajariku mengenai mencintai seseorang dengan norma agama...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

temukan peluang emas