Sabtu, 28 Mei 2016

My sport My Style





Di dunia yang pragmatisme ini, kita menjelma layaknya robot, yang tanpa kita sadari--dunia yang kita tempati, yang terus bertumbuh dari hari ke hari--menciptakan kita juga sebagai makhluk yang "alpa." Keseimbangan yang mulai kita lupakan, tergerus pada siklus realita yang tidak menyehatkan--pekerjaan kantor, tugas rumah, bermalas-malasan, keseharian makan dan begadang tanpa juntrungan--yang tanpa diimbangi kesadaran untuk memperlakukan diri sendiri dengan baik secara khusus.

Kesadaran inilah yang membuat pustaka acuan di diri saya, semenjak menyaksikan adik saya yang menjadi seorang disabilitas sebab sebuah penyakit yang menimpanya beberapa tahun lalu yang berkaitan erat dengan pola hidupnya yang kurang sehat. Sebuah cobaan pertama yang cukup hebat bagi kami sekeluarga, dan untuk menyadarinya. Berbekal untuk tidak terulang kembali, dari sinilah istilah "Olahraga" diperkenalkan ke saya, yang menjadi sebuah gerakan universal ke sekeluarga kami. Tak butuh tempat yang notabene luas dan alat-alat pendukung olahraga lainnya untuk memulai gerakan pertama olahraga, biasanya, pagi hari saya cukup melakukan stretching di depan jendela kamar, push-up beberapa kali dan diakhiri pemanasan yang cukup, sebelum sibuk dengan aktifitas lainnya. Dan di luar tanggung jawab saya sebagai orang tua tunggal buat kedua anak saya, praktis saya pun bekerja di luar untuk menggenapi kebutuhan rumah tangga, yang berarti waktu berlama-lama untuk berolahraga cukup minim--setelah membagi-bagi waktu. Tapi itu bukanlah kendala yang berarti, yang bagi saya "olahraga" sudah mengakar, tidak hanya sekedar "wadah hidup sehat" melainkan menjadi "me time" juga "gaya hidup", yang sesibuk-sibuknya, saya selalu menyempatkan di sisa waktu yang sempit itu untuk berolahraga setiap hari. Terkadang pula, kita--yang terbiasa dengan pengabaian--tidaklah cukup dengan menyadari bahwa olahraga itu penting, perlu sesuatu yang membuat kita terus mengingat dari sifat alami kita yang alpa--begitulah yang saya alami diawal-awal, sampai pada akhirnya, saya pun memutuskan membeli alat olahraga sepeda yang bergerak di tempat, untuk diletakkan di ruang tengah rumah saya (dengan alasan agar mudah terlihat) sebagai alarm pengingat, dan juga untuk adik saya yang disabilitas itu, sebetulnya. Siapa bilang olahraga cuma diperuntukkan bagi yang normal, selama apa pun olahraga sesuai kemampuan seperti yang dilakukan adik saya yang disabilitas--siapa pun dan berumur berapa pun, bisa. Dengan pertumbuhan dunia yang pesat, tak dipungkiri sejalan pula dengan perkembangan hal-hal yang buruk di sekitar kita--asupan untuk tubuh yang cenderung lebih praktis dan tidak sehat, asap-asap hitam tanpa ruang terbuka hijau dan lain sebagainya--yang membuat kegiatan "olahraga" beralih fungsi menjadi "kebutuhan" sebagai "penyeimbang." Disamping hal itu pula yang menjadi konsen saya untuk menerapkan kepada kedua anak saya untuk membekalinya yang back to nature; menyiapkan makanan rumahan juga mengajarkan mereka yang masih dua tahun dan lima tahun itu untuk berolahraga. Saya percaya, saya memiliki pemikiran yang sama dengan orangtua mana pun mengenai pentingnya mengenalkan olahraga kepada anak kita sejak dini.

Dan di hari minggu, menjadi waktu kami sekeluarga menerapkan "my life my sporty,"--waktu bebas bagi kami untuk menikmati olahraga apa saja. Pagi-pagi sekali, kami telah nongkrong di stadion Jakabaring yang di sana juga secara regular membuat acara senam bersama setiap minggu, dengan di pandu empat pelatih senam profesional, di depan. Setelah selesai, barulah kami berkegiatan yang macam-macam; bulu tangkis, sepak bola, jalan kaki, lari dan lain hal sebagainya--sebuah pola yang terus-menerus dilakukan, sampai di titik di mana "olahraga" menjadi sebuah "kebiasaan.

Kita, yang terkukung di era yang serba praktis ini, dituntut mengikuti ke arus zaman yang semakin menekan "kebutuhan" diri. Tapi saya percaya, masih banyak orang-orang yang mulai aware terhadap "kebutuhan" diri itu sendiri. Sesuai dengan dunia yang terus bertumbuh ini, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, olahraga bukan sekedar "alat" dia juga akan terus bertumbuh menjadi "Me Time" dan mengglobal sebagai "gaya hidup." My Sport, My Style!

0 komentar:

Posting Komentar

temukan peluang emas