Jumat, 17 Agustus 2012

Temu


Kami memang tak selalu bersama karena lantaran tak ingin saling menyakiti pasangan satu sama lain, mengingat bosan terkadang membuat perangai tampak lebih buruk dari sebelumnya. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan hubungan dengan memberikan jeda, sebab kami akan merasakan hal yang berarti setelah kesendirian itu berlaku.
           Meskipun begitu kami terlalu takut menjadikan bosan sebagai alasan satu-satunya untuk berpisah karena setiap kali kami memberikan jeda, ada ruang yang terisi bersamaan, yang menjadikan kami secara sadar ingin bertemu. Hari itu masih musim dingin, padahal bulan Desember telah lewat lima hari yang lalu. Kala itu, aku mengenakan overcoat berwarna cokelat tanah berjalan di antara pejalan kaki yang sibuk, udara dingin melingkar di depan mulutku setiap kali mendesah. Pelan-pelan wangi cherry terendus dari radius lima meter, di salah-satu resto yang menyajikan selai terbaik yang pernah ada. Aku menuju sisi kota di tepi danau.
            Kami telah berjanji. Tanpa waktu lama, aku menangkap bayangan tubuhnya bergelombang ketika batu jatuh ke dalam air sebelum melihat dirinya yang sebenarnya. Dan di detik pertama, ia menangkap tubuhku dan tersenyum. Saat aku menujunya, ia  tidak menatapku sedikit pun dan tetap memandang air setelah aku berada di sebelahnya.
            “Setiap kali bertemu kita kembali menjadi orang asing.”
            “Aku terlalu canggung untuk berbicara apa pun.”
            “Apakah di saat tanpa bersamaku kau merasa lebih baik?”
            “Bukan begitu, aku tidak merasa lebih baik tanpa bersamamu, namun kau menjadi tempat perhentianku saat aku merasa lelah.”
            “Apakah kau ingin mengatakan sesuatu.”
            “Ehm…Sepekan yang lalu, Nancy─anjing cihua-hua kita mengalami salesma. Aku telah membawanya ke klinik Peter, kemungkinan besar penyebab Nancy sakit karena ia terlalu merindukan sesuatu, persisnya begitu kata Peter. Dan kukira itu kamu.” Ia diam sejenak. “Nancy akhir-akhir ini memang cenderung lebih pendiam.”
            “Owh.” Cuma itu jawaban terbaik yang kudapatkan saat itu.
            “Apakah kau akan menemuinya?”
            “Ya, aku akan menemuinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya.”
            Ada rasa yang menjalar lamat-lamat, setelah lima bulan tak bertemu kami merasa tak lagi asing. Kami satu sama lain tersenyum. Kemudian merasa lebih baik, tertawa.


Palembang, 2012
Vie Okt

0 komentar:

Posting Komentar

temukan peluang emas