Suatu ketika di tanah Madinah. Matahari berangsur-angsur kian meninggi, sementara pintu Rasulullah saw masih tertutup rapat. Didalamnya Rasulullah saw sedang terbaring lemah ditemani oleh puteri tercinta, Fatimah. Keningnya berkeringat membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang mengucap salam. "Bolehkah saya masuk". Fatimah r.a tidak mengizinkan, "Maaf ,ayahku sedang sakit", lalu ditutupnya pintu. ketika kembali menemani ayahya, ternyata beliau mengetahui dan bertanya, "Siapakah itu, wahai puteriku". "aku tak tahu ayah, sepertinya baru kali ini aku melihatnya",tutur
Fatimah r.a. Mendengar jawaban puterinya, Rasulullah saw menatapnya dengan pandangan penuh kasih dan menggetarkan hati , seraya berkata , "ketahuilah wahai puteriku, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Izrail, malaikat maut". Fatimah r.a menangkupkan kedua tangan seraya menutup wajahnya dan menahan luapan tangis.
Malaikat maut menghampiri, namun nabi saw bertanya mengapa jibril tidak ikut serta. Lalu dipanggillah jibril yang sudah bersiap dilangit dunia menyambut ruh kekasih Allah. "jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah",tanya Rasulullah saw dengan suara lembut. "pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu",jawab jibril. Tapi jawaban itu tidak membuat Rasulullah saw lega pandangannya menatap cemas. "Wahai kekasih Allah tidakkah engkau senang mendengar kabar ini", tanya jibril. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak". "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, kuharamkan surga bagi siapa saja kecuali umat Muhammadtelah berada didalmnya", jawab jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melaksanakan tugasnya. Perlahan ruh Rasullullah saw ditarik sehingga tubuhnya bersimbah peluh dan urat lehernya menegang. "Jibril betapa sakitnya sakratul maut ini". Lirih Rasulullah menahan sakit. Fatimah memejam mata, Ali menunduk sedalam-dalamnya, Jibril memalingkan muka. "jijikkah engkau melihatku sehingga kau palingkan wajahmu, jibril?".
"Siapakah yang tega melihat rasullullah direnggut ajalnya", ucap jibril.
Sesaat kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Tubuh Rasulullah saw mulai dingin, kaki dan dada beliau sudah tak bergerak. Bibir beliau bergetar seakan hendak menyampaikan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinga beliau. "uushikum bishshalati, wa ma malakat aimanakum (peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu)". Fatimah menutupkan tangan kewajahnya sementara Ali kembali mendekatkan telinga kebibir Rasulullah saw yang mulai kebiruan,"ummati...ummati...".
Sementara diluar para sahabat berpelukan dan menagis. Manusia agung mulia yang mereka cintai telah kembali kepada Allah. Umar bin khatab r.a masih belum juga menerima kenyataan itu. Diacungkan pedangnya sambil berteriak, "siapa yang mengatakan Rasulullah telah wafat akan kubunuh". Namun Abu Bakar dengan bijak menyikapi, " Siapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya ia telah tiada, namun siapa yang menyembah Allah, maka ia Maha kekal".
Betapa tulus cinta Rasulullah kepada kita. Diantara sakaratul maut beliau hanya kita yang diingat. Betapa tulus perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw. Hanya berharap dapat memberi kebaikan pada umat beliau.

0 komentar:
Posting Komentar